Koran Hari Ini

Bookmark and Share

Diprediksi Tidak Berumur Panjang, Bima Butuh Dermawan

 | Dilihat: 1737 Kali
BUTUH BANTUAN-Bambang Raharjo, 32, bersama anaknya Bima Bhayangkara, 9, yang tidak bisa berjalan meski usianya sudah 9 tahun. Foto diambil, Kamis (9/2/2012). (JIBI/SOLOPOS/Taufiq Sidik Prakoso)
Meski gemuk, bocah itu hanya tiduran di sofa berwarna biru dengan kondisi sobek di beberapa bagian. Dengan wajahnya yang sayu, bocah itu tampak sering mengeluarkan lidahnya.
Bocah tersebut bernama Bima Bhayangkara, 9. Bima merupakan putra pertama dari pasangan Bambang Raharjo, 32, dan Eni Sunarsih, 31, warga Dukuh Tegalmijen, Desa Bulan, Kecamatan Wonosari, Klaten.
Meski tampak sehat, namun sejak usia empat tahun Bima tidak dapat berjalan. Bambang dan Eni pun tidak mengetahui secara pasti jenis penyakit yang diderita oleh putranya tersebut.
Dijelaskan Bambang, putranya lahir normal pada 21 Agustus 2002. Tidak tampak satu keanehan pun yang dimiliki oleh Bima. Namun saat menginjak usia empat tahun, secara tiba-tiba Bima tidak dapat berjalan. Bambang dan Eni pun membawa putranya tersebut ke Puskesmas setempat.
“Sebelumnya hanya panas. Namun, saat tidak bisa berjalan itu panas tubuhnya meningkat. Kami langsung bawa ke Puskesmas,” ujar Eni saat ditemui Espos, Kamis (9/2/2012) di rumahnya.
Namun, pengobatan yang dilakukan tidak membuahkan hasil. Bima masih tidak dapat berjalan seperti biasanya. Bambang dan Eni pun membawa putranya ke Rumah Sakit (RS) Moewardi berbekal kartu jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas).
“Sebelumnya normal saja. Namun, lambat laun kemampuan tubuhnya menurun dan tidak bisa berjalan lagi. Kata dokter yang merawat anak saya seperti kekurangan toxic. Akhirnya dirawat di Moewardi selama dua setengah bulan. Kami diminta untuk ikhlas dengan kondisi anak kami,” tutur Bambang.
Tidak hanya ikhlas menerima kondisi yang didera anaknya, Bambang dan Eni pun harus menerima kenyataan lantaran Bima dinyatakan tidak berusia lama. “Katanya hanya sampai usia 16 tahun. Kami hanya pasarah dengan kondisi tersebut. Sudah kami ikhlaskan semuanya,” katanya.
Selang satu pekan setelah menjalani operasi di RS Moewardi, kedua pasangan tersebut lantas membawa Bima pulang. Alasannya, lantaran sudah banyak biaya yang dikeluarkan selama perawatan tersebut.
“Bukan untuk operasinya. Namun, biaya untuk bolak balik serta membelikan berbagai kebutuhan selama anak saya dirawat. Terpaksa kami bawa pulang agar biayanya tidak menumpuk,” paparnya.
Kondisi ekonomi keluarga Bambang memang pas-pasan. Pekerjaannya sebagai petugas kebersihan di Kantor Desa Bulan dan penjaga kebun sebuah sekolah di desa tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terlebih kebutuhan sang buah hati untuk berobat.
“Gaji saya total hanya sekitar Rp100.000 lebih sedikit. Itu tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Terlebih saat ini hutang saya sangat banyak lantaran kemarin untuk memenuhi biaya saat anak saya dirawat,” ungkapnya.
Bambang dan Eni pun berharap ada dermawan yang terketuk hatinya untuk mengobatkan putra kesayangannya.
JIBI/SOLOPOS/Taufiq Sidik Prakoso

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar